1
ILMU EKONOMI MANAJERIAL
Chapter
1
I. Pengantar Umum untuk Ekonomi Manajerial Ilmu Ekonomi dari semenjak Adam Smith...
172 downloads
4646 Views
839KB Size
Report
This content was uploaded by our users and we assume good faith they have the permission to share this book. If you own the copyright to this book and it is wrongfully on our website, we offer a simple DMCA procedure to remove your content from our site. Start by pressing the button below!
Report copyright / DMCA form
1
ILMU EKONOMI MANAJERIAL
Chapter
1
I. Pengantar Umum untuk Ekonomi Manajerial Ilmu Ekonomi dari semenjak Adam Smith mengeluarkan bukunya yang terkenal dengan sebutan Wealth Of Nations yang kemudian menurunkan mashab (aliran) Klasik dan neo klasik lalu ditambah dengan pemikiran dari mashab Cambridge dari Alfred Marshall sebagai pelopornya yang kemudian diteruskan oleh Pareto dan sesepuh mashab ini lalu ditutup oleh mashab Keynesian yang dipelopori oleh John Maynard Keynes hingga sekarang, relative hampir tidak berubah apalagi sejak dibakukan oleh Samuelson dalam bukunya Economics maka jadilah ilmu ekonomi yang dipelajari dewasa ini hampir tidak berbeda jauh dengan konsep ratusan tahun sebelumnya. Kalaupun ada perbedaannya paling hanya hal-hal yang menyangkut pembuktian praktis atas kajian teoritis yang penemunya kemudian dianugerahi NOBEL bidang ekonomi hingga saat ini. Boleh dibilang perilaku ekonomi yang ada sekarang ini dibentuk oleh hasil temuan dan teori para pemikir ekonomi terdahulu (tentunya berdasarkan fenomena terdahulu juga), sehingga bentukannya
sekarang
tidak
bisa
lepas
dari
asal-muasal
teori
itu
dikemukakan/dikembangkan. Yang menjadi rujukan ekonom sekarang dalam membahas ilmu ekonomi selalu terpaku pada hal-hal seperti berikut:
1. Semua harus dikondisikan ceteris paribus (hal-hal lain tidak berubah). Maksudnya agar kondisi ekonomi dapat dijelaskan dengan baik dan masuk akal maka selain variabel yang dibahas, variabel lain yang juga berpengaruh tidak akan dilibatkan (bila dilibatkan dianggap tidak berpengaruh atau konstan) 2. Semuanya harus rasional (artinya semua orang selalu menginginkan yang banyak asas unisatietas) tapi dengan pengorbanan yang sedikit), semua pendapatan harus dihabiskan untuk mendapatkan sebanyak-banyak komoditi 3. Penyederhanaan
ketat
atas
analisisnya,
misalnya
analisis
permintaan
menyederhanakan komoditi yang dibahas diusahakan hanya satu. 4. Uang memiliki nilai waktu, sehingga daya beli uang selalu berubah setiap periodenya (cenderung mengecil daya belinya karena adanya pertimbangan suku bunga dan inflasi) 5. Uang dijadikan sebagai komoditi, sehingga terkadang nilai uang nominal lebih besar dari jumlah fisiknya (nilai intrinsiknya), menyebabkan perekonomian tidak realistis. Padahal ekonom Klasik pernah menulis bahwa uang tidak memiliki nilai jual atas dirinya sendiri Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
2 artinya tidak bisa diperjual belikan akan tetapi untuk mempermudah jual beli, akan tetapi karena tidak dimuat dalam buku Samuelson jadilah teori itu usang dengan sendirinya. 6. Harta setara dengan jumlah modal ditambah dengan hutang, artinya semakin besar hutang, meskipun modal tetap maka harta semakin besar, sehingga perekonomian dijalankan dengan sistem hutang (debt system) yang tidak ada sangkut pautnya dengan kemampuan menghasilkan komoditi 7. Sistem spesialisasi jaman GILDA dan Teori Nilai Lebih Karl Max sekarang ini dijadikan prototype sistem outsourcing dalam bidang ketenaga kerjaan, sehingga para kapitalis bisa dengan seenaknya memberhentikan dan memperkerjakan karyawan tanpa mempertimbangkan biaya hidup (cost of living) 8. Dan masih banyak lagi…
Dengan hanya berdasarkan 7 rujukan di atas itu saja, perekonomian akhirnya bisa digerakan sesuai dengan kehendak pemilik modal (kaum kapitalis), karena pada akhirnya perekonomian akan diarahkan pada sistem monopoli (paling tidak sistem oligopoly collusive), harga menjadi super dominan, sehingga penciptaan produk selalu dihubunghubungkan dengan harga jual yang diharapkan serendah mungkin sehingga memicu “penipuan” kualitas produk.
Dalam kondisi perekonomian yang stabil maka perekonomian palsu itu akan berjalan dengan baik, akan tetapi dalam kondisi perekonomian yang tidak stabil maka akan terlihatlah dengan jelas sebagaimana seorang senator di AS tahun 2008 (awal krisis keuangan di AS) lalu berteriak lantang “ kemana uang-uang kita yang banyak itu?” dan akhirnya…dampaknya jelas Lehman Brothers institusi keuangan terbesar nomor 2 di dunia dinyatakan bangkrut dan menyusul kebangkrutan perusahaan lainnya di AS dan Eropa, bahkan ada Negara Eropa yang terkenal dinyatakan bangkrut karena jumlah hutangnya (baik dalam negeri maupun luar negerinya) lebih banyak dari pendapatannya…aneh, padahal hutang adalah symbol kekayaan?
Dalam buku ini akan dijelaskan bagaimana perusahaan bekerja dan bersiasat dalam perekonomian “palsu” (false economy) tersebut, akan tetapi tetap ada sisi baiknya karena setidaknya kita akan memiliki pengetahuan, kemampuan dan ilmu agar kita sadar dan faham bahwa terkadang penyederhanaan itu perlu. Dalam buku ini juga akan dibahas konsep-konsep realistis dari para ekonom anti buku teks Samuelson dan turunannya. Saya juga kebanyakan menggunakan rujukan yang digunakan oleh para konsultan manajemen internasional seperti Mc Kinsey dan buku-buku dari ekonom non kapitalis yang memang sangat realistis meskipun tetap tidak merubah prinsip rasional. Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
3
Sebelum saya menutup bagian perkenalan ini, saya sampaikan beberapa kata yang sering saya dengar dari orang-orang bijak yang pernah saya kenal yaitu:
Soal mana yang benar dan paling benar kita sendirilah yang paling tahu, akan tetapi kita tidak akan sampai mengetahuinya bila kita tidak faham dengan bagian mananya yang salah atau keliru
II. Pengantar Ilmu Ekonomi (Economics) Ilmu Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhannya agar bisa menjadi makmur dan sejahtera dalam kondisi kelangkaan dan persaingan atau pertumbuhan yang tidak seimbang antara konsumsi dan produksi.
Berdasarkan pengertian ini, maka dalam ilmu ekonomi terdapat empat (4) konsep utama dalam definisinya yaitu: 1. Konsep Kemakmuran (Wealth Concept) yaitu suatu konsep yang menjelaskan bahwa hidup adalah untuk memenuhi kebutuhan dengan meningkatkan kekayaan melalui peningkatan pendapatan. Setiap manusia selalu berusaha meningkatkan pendapatannya dengan bekerja keras agar bisa membeli semua yang dibutuhkannya. Dalam konsep ini manusia cenderung materialistis. Bekerja sama dengan uang, no pain no gain, tidak ada yang gratis, tidak ada uang tidak ada barang… 2. Konsep Kesejahteraan (Welfare Concept) yaitu konsep yang menjelaskan bagaimana seseorang mendapatkan uangnya dan bagaimana menggunakan uangnya itu. Seseorang yang makmur belum tentu sejahtera. Ukuran kekayaan karena banyaknya uang, kendaraan dan rumah mewah bukanah ukuran kesejahteraannya, karena uang yang banyak tapi takut dibelanjakan, kendaraan yang banyak takut digunakan, rumah yang mewah tapi jarang dihuni menunjukan bahwa seseorang tersebut
tidak
faham
bagaimana
menggunakan
uangnya.
Konsep
ini
sudah
mementingkan tentang apa yang diinginkan dari sekedar apa yang dibutuhkan. Konsep kemakmuran ini akan banyak dibahas dalam buku ini karena ini adalah konsep yang tidak palsu dalam ilmu ekonomi. 3. Konsep Kelangkaan (Scarcity Concept) yaitu konsep yang menjelaskan bahwa keinginan manusia untuk sejahtera itu membuat mereka selalu memilih tentang apa yang mereka inginkan sehingga keinginan ini menjadi tak hingga (cobalah bayangkan tentang seseorang yang lapar sebenarnya hanya butuh makan, akan tetapi bagi yang telah merasa sejahtera pertanyaannya adalah makan apa ya?). di satu sisi keinginan Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
4 bersifat tak hingga (Unlimited human wants), sementara penyediaan sumber daya seperti uang dan keahlian, bahan baku dan waktu relative terbatas (Limited resources) yang menyebabkan perekonomian akan menjadi rumit dan akan selalu muncul masalah di dalamnya. Munculnya masalah akan menjadikan manusia selalu mencari alternatif dalam rangka memenuhi keinginannya itu (Alternative uses), sehingga pada akhirnya mereka akan memilih dari alternatif yang ada (Choice), yang menyebabkan perekonomian menjadi sedemikian beragam, dan perkembangan teknologi semakin pesat 4.
Konsep Pertumbuhan (Growth Concept) yaitu suatu konsep yang menyebabkan perekonomian selalu mengalami pergeseran dan perubahan dari waktu ke waktu meskipun intinya sama saja yaitu makmur dan sejahtera dalam kelangkaan. Pergeseran dan perubahan dalam perekonomian disebabkan oleh tiga (3) faktor utama yaitu: a. Kegiatan Produksi (Production Activity) suatu kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana caranya meningkatkan nilai guna suatu komoditi (barang dan atau jasa) untuk memuaskan keinginan manusia. Fungsi ini biasanya dilakukan oleh perusahaan atau setidaknya yang berhubungan dengan itu b. Kegiatan
Konsumsi
(Consumption
Activity)
suatu
kegiatan
yang
berhubungan dengan bagaimana menghabiskan nilai guna suatu komoditi dalam rangka pemuasan keinginanya. Fungsi ini biasanya dilakukan oleh para konsumen dan yang berhubungan dengan itu. c. Kegiatan
Pertukaran
(Exchange
Activity)
suatu
kegiatan
yang
menghubungkan antara Produsen (perusahaan) dan Konsumen melalui aktivitas jual beli komiditi yang diperlukan dengan perantara uang atau yang difungsikan sebagai uang. Berdasarkan empat konsep dalam ilmu ekonomi itu, lalu dibuatlah batasan-batasan tertentu dari ilmu ekonomi sesuai dengan bidang bahasannya. bagian dari ilmu ekonomi yang membahas perekonomian secara keseluruhan yang mencakup wilayah suatu Negara tentang pendapatan nasional, pengangguran, inflasi dan kebijakan perekonomian disebut ilmu ekonomi Makro (Macroeconomics). Macroeconomics sering disebut sebagai teori pendapatan nasional, karena memang seluruh bahasannya selalu menghubungkan bagian dari pendapatan nasional sebagai variabelnya. Macroeconomics memiliki cabang ilmu seperti ekonomi moneter dan ekonomi perencanaan Bagian dari ilmu ekonomi yang membahas tentang unsur-unsur terkecil namun merupakan bagian utama dalam perekonomian dalam konteks individu konsumen dan individu produsen disebut ilmu ekonomi mikro (Microeconomics). Teori Ekonomi Mikro sering disebut sebagai Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
5 teori harga karena keseluruhan pembahasannya selalu berhubungan dengan harga dan optimalisasinya. Sering juga disebut sebagai teori ekonomi perusahaan karena bahasanya adalah bagaimana perusahaan mengoptimalkan pendapatan, biaya dan keuntungan dan bagaimana perusahaan mengelola faktor produksi dan memuaskan konsumen individu dengan hasil produksinya. Microeconomics memiliki cabang ilmu ekonomi seperti ekonomi sumber daya manusia, ekonomi regional dan ekonomi manajerial. Sedangkan ilmu ekonomi yang lebih khusus dan cenderung bagian dari praktek yang telah distandarkan membuat cabang ilmu sendiri yaitu ilmu manajemen dan Akuntansi yang kemudian menurunkan cabang ilmu seperti manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusia, manajemen strategik, akuntansi publik, akuntansi manajemen dan lain sebagainya. Dengan demikian basis dari semua ilmu itu adalah ilmu ekonomi umum (General Economics). Akan halnya ekonomi manajerial, karena dimensinya sudah menyangkut ilmu ekonomi dan manajerial berarti ekonomi berhubungan dengan semua ilmu ekonomi umum itu. Meskipun pembahasannya banyak menyangkut masalah yang berhubungan dengan ekonomi mikro dan manajemen, akan tetapi tetap saja harus mempertimbangkan ekonomi makro khususnya tentang bahasan inflasi, pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar. Karenanya kita dapat mendefinisikan: Ekonomi Manajerial sebagai: Ilmu ekononomi yang berkonsentrasi bagaimana memecahkan masalah ekonomi dengan menggunakan basis analisis ilmu ekonomi dan mengajarkan bagaimana para manajer dapat mengambil keputusan dan membuat perencanaan untuk hasil yang paling optimal. Dengan demikian Ekonomi Manajerial adalah merupakan gabungan antara teori ekonomi (mikro dan Makro) dengan praktik bisnis dan manajemen.
III. Pengantar Ilmu Ekonomi Manajerial (Managerial Economics) Di atas telah dijelaskan tentang definisi dari ilmu ekonomi manajerial (singkatnya “ekonomi manajerial”). Tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan pada para manajer tentang bagaimana menganalisis permasalahan ekonomi dan bisnis yang di alami perusahaan untuk mengambil keputusan dan membuat perencanaan untuk mendapatkan hasil yang paling optimal.
Pengambilan keputusan tidak gampang terutama bagi manajer yang belum berpengalaman. Intuisi atau insting bisa saja digunakan berdasarkan pengalaman atau wejangan, akan tetapi mengingat persaingan bisnis yang semakin kompleks mengandalkan insting saja tidak cukup, diperlukan pengetahuan praktis dan teoritis untuk mendukung pengambilan Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
6 keputusan. Alat untuk mendukung pengabilan keputusan adalah data. Agar data dapat digunakan sebagai informasi maka harus diolah dan dianalisis dengan metode-metode yang mumpuni secara akademis teoritis dan praktis. Ilmu ekonomi lengkap baik secara teoritis maupun praktis, akan tetapi ilmu ekonomi tidak menjelaskan bagaimana membuat suatu model dan menjamin apakah model tersebut valid atau tidak, oleh karenanya dibutuhkan ilmu statistik. Hasil modeling dari statistik sebenarnya cukup bagi ilmu ekonomi untuk membuat suatu perencanaan, akan tetapi kelemahannya alat analisis ekonomi yang paling manjur yaitu kurva sangat-sangat terbatas kemampuannya yang hanya terdiri dari 2 dimensi, ilmu akuntansi dan keuangan terbatas karena sifat historikalnya, sementara dimensi yang dihasilkan dalam pengolahan data oleh ilmu statistik sangat beragam, oleh karenanya dibutuhkan ilmu matematika terutama untuk menentukan nilai optimal atas suatu variabel. Informasi yang dihasilkan oleh ilmu statistik dan matematika lalu dianalisis dengan ilmu ekonomi (perpaduan antara ilmu ekonomi, matematika dan statistik ini menghasilkan disiplin ilmu baru dalam ilmu ekonomi yaitu ekonometrika).
Hasil analisis ilmu ekonomi terkadang sesuai teori tapi beda prakteknya, misalkan permintaan tidak selalu turun meskipun harga komoditinya naik. Terkadang sesuai teori dan praktek akan tetapi terdapat paradok atasnya (inflasi yang tinggi penyebab murahnya tenaga kerja, akan tetapi inflasi yang tinggi menjadikan harga jual tinggi, dampaknya biaya kesempatan semakin tinggi dan akan menurunkan penjualan). Untuk membantu menjelaskannya maka ekonomi manajerial juga membutuhkan ilmu perilaku organisasi dan konsumen dan ilmu pemasaran untuk menjelaskannya agar semua keputusan yang dibuat manajer dapat dijadikan dasar perencanaan bagi manajemen.
Berdasarkan penjelasan sederhana di atas, maka kita telah memiliki Karakteristik Ilmu
Ekonomi Manajerial yang dapat di rinci sebagai berikut: 1. Karakter Ilmu Ekonomi Mikro, karena fokus hanya membahas tentang perusahaan dan aspeknya 2. Dibatasi oleh Ilmu Ekonomi Makro karena perusahaan yang beroperasi berada dalam lingkungan suatu wilayah ekonomi yang juga berpengaruh seperti pemerintahan, politik, sosial budaya, inflasi, pengangguran dan nilai tukar 3. Berorintasi pada tujuan akhir (Goal Oriented) yaitu optimalisasi. Tujuan akhir perusahaan ini adalah merupakan petunjuk (prescriptive) yang merupakan bahasan normative dalam ilmu ekonomi
Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
7 4. Multidisiplin Ilmu. Ilmu ekonomi, managemen, statistik, perilaku dan akuntansi adalah beberapa bagian ilmu yang mendukung ilmu ekonomi manajerial 5. Aplikatif dalam pengambilan keputusan. Hasil analisis ekonomi manajerial sudah melalui penggodokan ilmu-ilmu paling tepat dibidangnya sehingga apa yang disimpulkan oleh ekonomi manajerial sangat layak untuk di rekomendasikan 6. Hasil analisis ilmu ekonomi manajerial memberikan pengertian yang beragam kemungkinan, untuk analisis berdasarkan fungsi (misal: Q = f (P) maka hasilnya yang paling maksimum tentu akan beragam kombinasi, sehingga perlu di evaluasi berbagai macam alternatif. Untuk analisis berdasarkan persamaan (Misal: 100 = 20 – 2P) maka hasil yang paling optimum hanya 1. 7. Keterbatasan. Asumsi yang digunakan oleh ilmu ekonomi berlaku juga untuk ekonomi manajerial. Asumsi yang paling membahayakan “adalah hal-hal lain dianggap tidak berubah” (ceteris paribus), sementara yang dihadapi oleh perusahaan sangat dinamis oleh karenanya bisa saja hasil analisis ilmu ekonomi manajerial menyimpang dari perencanaan awal, akan tetapi paling tidak hal itu telah diketahui sebelumnya, karena ilmu statistik dapat menetapkan batasan interval bawah dan atas atas hasil yang diperoleh. Meskipun terdapat 7 karakter dalam ekonomi manajerial, akan tetapi perlu disampaikan lagi bahwa pada dasarnya ekonomi manajerial adalah bagian dari ekonomi mikro yang pembahasannya fokus pada bidang (scope): 1. Analisis Permintaan (Demand Analysis). Analisis permintaan berhubungan dengan bagaimana perusahaan mengelola macam-macam permintaan seperti permintaan potensial dan permintaan latent, Estimasi (saat ini) dan prediksi (forecasting) permintaan baik berdasarkan jumlah konsumen maupun berdasarkan jumlah yang diminta. Analisis permintaan sangat penting karena besar kecilnya permintaan sangat menentukan kelangsungan bisnis perusahaan. Analisis permintaan umumnya bersifat fungsional yaitu dapat dijelaskan secara sebab akibat berdasarkan variabel yang dapat diobservasi dan terukur (rational dan parametrik) seperti hubungan antara permintaan dengan harga. Hubungan antara permintaan dengan jumlah produksi, hubungan permintaan dengan jumlah pendapatan. Sedangkan analisis permintaan yang bersifat non fungsional umumnya tidak dapat diobservasi langsung, bersifat ordinal dan perlu kalibrasi data temuan, Misalnya antara permintaan dengan gengsi, pamer, budaya, selera dan ikutikutan. Permintaan ini dibahas dalam ilmu ekonomi normatif, akan tetapi dengan kemajuan teknik statistik dapat di modelkan menjadi analisis fungsional dengan batasan yang sangat ketat tentunya. Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
8
2. Analisis Biaya dan Produksi (Cost and Production Analysis). Biaya adalah investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka memproduksi komoditi. Banyak macam biaya yang akan dibahas oleh manajer, akan tetapi intinya hanya 2 saja yaitu biaya tetap (FC = Fixed Cost) dan biaya variabel (VC = Variable Cost). Dari 2 macam biaya ini akan dapat ditentukan besaran biaya total (TC = Total Cost = FC + VC), biaya rata-rata total atau AC = Average Cost = TC/Q, biaya variabel rata-rata atau AVC = VC/Q, biaya tetap rata-rata atau FC/Q dan biaya tambahan atau MC = Marginal Cost = TC2 – TC1 . Biaya berfungsi untuk menjalankan/menggerakan produksi melalui pembiayaan atas faktor produksi, membeli mesin produksi dan membayar biaya operasional dan overhead. Dalam perkembangannya analisis biaya sangat penting untuk membuat strategi leverage dalam operasional perusahaan. Analisis produksi berhubungan dengan kemampuan perusahaan menghasilkan sejumlah komoditi berdasarkan faktor produksi (Tenaga Kerja, Modal, Skill/Teknologi dan Lahan) yang digunakan oleh perusahaan. Analisis produksi berhubungan dengan tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi. 3. Analisis Harga (Pricing Analysis). Dalam terminologi ekonomi, harga adalah informasi yang melekat pada suatu komoditi yang menjelaskan tentang kualitas, jumlah dan jenis konsumennya. Sejatinya harga bersifat dependen (akibat) dari kondisi kelangkaan dan kebergunaan suatu komoditi. Semakin langka dan berguna suatu komoditi tentu saja semakin tinggi harganya. (Soal kegunaan tentu saja memiliki dimensi khusus yaitu guna bentuk, guna waktu dan guna tempat). Menurut mashab Cambridge yang dimantapkan oleh Pareto, harga bersifat Independen (penyebab). Hargalah yang menjadi penyebab mengapa suatu permintaan atas komoditinya tinggi atau rendah meskipun tanpa kondisi ceteris-paribus
sekalipun,
sehingga
setiap
perusahaan
akan
selalu
berusaha
menghasilkan komoditi dengan harga jual yang diusahakan “rendah” berdasarkan harga relative (perbandingan harga dengan perusahaan lain yang menghasilkan komoditi yang sama) agar permintaannya tinggi. Analisis harga berhubungan dengan strategi dan kebijakan harga. Kebijakan harga inilah yang akan mempertemukan keseimbangan antara permintaan dan penawaran 4. Analisis Keuntungan (profit Decesion). Profit atau untung adalah tujuan utama perusahaan. Analisis keuntungan berhubungan dengan analisis permintaan, biaya dan harga. Dengan profit perusahaan dapat melangsungkan dan memperbesar bisnis. Banyak cara untuk mendapatkan profit, meskipun sulit dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah: a. Penerimaan harus lebih besar dari Biaya Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
9 b. Bila penerimaan turun, maka biaya harus diturunkan lebih besar dari penurunan penerimaan c. Harga jual harus lebih besar dari biaya produksi, dengan menjual komoditi lebih banyak dari jumlah impasnya d. Bila jumlah komoditi impas lebih besar dari jumlah komoditi yang diproduksi, maka harga jual harus lebih kecil dari biaya produksi? Pengertian profit di atas adalah pengertian profit berdasarkan pengertian secara akuntansi/Accounting Profits (AP) (total penjualan dikurangi dengan tota biaya/beban).
Bagi
kalangan
ekonom
terutama
para
kapitalis
sejati,
keuntungan/profit ekonomis/Economic Profits (EP) adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya kesempatan/Total Opportunity Cost – TOC (biaya eksplisit yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar faktor produksi dan biaya implisit yaitu biaya untuk mendapatkan alternative terbaik dari faktor produksi). Oleh karena biaya eksplisit adalah beban dalam istilah riel akuntansi, maka biaya ekonomis tentu lebih besar dari biaya secara akuntansi, karena ditambah dengan biaya implisit. Jadi:
AP TR TC EP TR TOC TR (TC Implisit Cost ) Besarnya kecilnya keuntungan suatu perusahaan sangat menentukan kelangsungan usaha perusahaan, bukan saja dipandang dari sudut bisnis semata, akan tetapi dari sudut psikologisnya karena profit perusahaan menunjukan apakah masyarakat mengapresiasi produksi perusahaan tersebut atau tidak (signal), kemampuan untuk memasuki persaingan dan membuka pasar baru (Entry), kemampuan untuk mendikte dan tidak didikte pemasok (Arrange the Suppliers), kemampuan daya beli (Power of Buyers), kemampuan bersaing dalam industry (Industry Rivalry) dan kemampuan untuk membuat barang pengganti dan pelangkap atas produk yang sudah dan akan diproduksi (Substitutes and Complements)
5. Analisis Modal (Capital Analysis). Modal adalah konsep paling dasar dalam bisnis (pondasi
bisnis).
Manajemen
modal
berhubungan
dengan
perencanaan
dan
pengendalian belanja modal, sedangkan analisis modal berhubungan dengan biaya modal (cost of capital), tingkat pengembalian (rate of return) dan pemilihan proyek (selection of projects). Ekonomi Manajerial menggabungkan manajemen dan analisis modal tersebut dengan menggunakan konsep dan prinsip ilmu ekonomi untuk
Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
10 menyesuaikan dalam kondisi ketidakpastian di masa mendatang yang akan dihadapi oleh perusahaan.
IV. Alat Analisis Ekonomi Manajerial Berdasarkan bidang analisis ekonomi manajerial di atas, dapatlah diketahui bahwa ekonomi manajerial membutuhkan alat analisis yang mumpuni untuk membantu manajer dalam mengambil dan membuat keputusan, alat analisis itu adalah:
1. Ilmu Statistik. Analisis dalam ilmu statistik pada dasarnya hanya terdiri atas 2 saja yaitu analisis Deskriptif dan analisis Inferensial. Analisis deskriptif pada dasarnya adalah analisis data yang menyimpulkan sesuatu berdasarkan ketentuan umum menjadi ketentuan khusus (tidak dapat/sebaiknya tidak untuk digeneralisasikan). Dalam konteks manajerial, manajer percaya penuh dengan buku teks penunjang dasar teorinya, misalnya tentang hukum permintaan dan hukum penawaran. Dalam analisis ini data yang digunakan biasanya adalah keseluruhan objek yang di amati (populasi). Karena objek datanya adalah populasi sehingga tidak memerlukan uji parameter tertentu. Analisis Inferensial adalah analisis data yang
menyimpulkan
suatu
kejadian
khusus
menjadi
kejadian
umum
(dapat
digeneralisasikan). Objek data biasanya adalah sampel atau unit populasi. Karena hanya menggunakan sampel maka parameternya harus diuji dengan menggunakan ketentuan baku dalam ilmu statistik yang bergantung pada jenis data dan tujuan analisisnya. dalam analisisnya (baik deskriptif maupun inferensial) ilmu statisik menggunakan 3 cara yaitu:
1. Analisis Univariat. Analisis ini adalah yang paling dasar untuk proses pemanfaatan data menjadi informasi. Proses untuk mengetahui besarnya rata-rata (Mean), nilai tengah (Median), Simpangan Baku (Standard Deviasi = SD), nilai variasi (Varians),Jarak/Interval (Range), Kemencengan dan Kelancipan (Skewness and Kurtosis), Kuartil,
beserta
grafiknya seperti Histogram adalah sebagian dari analisis univariat. Analisis ini biasanya untuk satu jenis data/tunggal/tidak berpasangan. Analisis Univariat hanya menjelaskan (deskriptif) apa adanya tentang suatu data. Misalkan data tentang pendapatan, biaya, keuntungan, asset, hutang dan modal. 2. Analisis Bivariat. Analisis ini bertujuan untuk mengeksplorasi informasi yang tersirat dari deskripsi data. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan dan pengaruh antara satu data dengan data lainnya (relational dan korelational) baik yang berhubungan secara linier maupun non linier. Misalkan analisis covarians (relation), analisis Korelasi regresi sederhana(simple Correlation and Regression),
Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
11 3. Analisis Multivariat. Analisis ini menggunakan banyak variabel independen dan juga dependen. Untuk analisis multivariat yang menggunakan hanya satu (1) variabel dependen (respon) analisisnya sering disebut multivariate saja, akan tetapi untuk jumlah variabel dependennya lebih dari satu digunakan istilah multipel multivariat misalkan analisis korelasi kanonik, SEM dan PLS.
Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
12
Perusahaan dan Aspeknya
Chapter
2
1. Macam, Tujuan, Lingkungan dan Penilaian Perusahaan A. Macam dan Tujuan Perusahaan Perusahaan adalah institusi atau lembaga yang menggunakan atau memanfaatkan dan mengorganisasi faktor-faktor produksi untuk menghasilkan dan menjual barang-barang dan jasa-jasa. Perusahaan ada/diadakan karena memanfaatkan faktor kelangkaan. Meskipun sumber daya alam menyediakan semua kebutuhan yang bermanfaat
dan
berguna untuk menusia akan tetapi sumber daya itu tersedia dalam bentuk yang terpisah satu sama lain. Untuk menyatukannya menjadi barang yang bisa dimanfaatkan maka harus dirangkai. Untuk merangkai diperlukan keahlian. Masalahnya masing-masing manusia hanya memiliki keahlian tertentu. Nah keahlian tertentu inilah yang diorganisir oleh lembaga yang kemudian kita definisikan sebagai perusahaan.
Jadi perusahaan adalah tempat berkumpulnya berbagai macam keahlian dan sumber daya yang saling mendukung untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan. Perusahaan bisa saja berfungsi sebagai penghasil barang dan jasa atau juga bisa berfungsi sebagai perantara antara produsen dan konsumen. Jadi pada intinya perusahaan memiliki beberapa fungsi utama yaitu :
1. Memproduksi macam dan sejumlah barang dan atau jasa 2. Sebagai perantara bahan baku bagi individu maupun perusahaan lainnya baik untuk digunakan langsung atau sebagai bahan dasar setengah jadi 3. Hubungan yang saling memanfaatkan dan menguntungkan antara perusahaan dengan pemiliknya (antara pemilik modal dan yang memerlukan modal) 4. Sebagai lembaga yang memanfaatkan dan memberikan kompensasi kepada faktorfaktor produksi yang digunakan.
Suatu
perusahaan
dibentuk
dengan
memperhatikan
pertimbangan
ekonomi
dan
administratif yaitu: 1. Relatif mudah mendapatkan kepercayaan karena dikerjakan secara bersama-sama sehingga memberikan keyakinan bagi calon pemanfaat (konsumen) dan yang akan dimanfaatkannya (pemilik modal/bank). Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
13 2. Relatif mudah mengelolanya karena perusahaan berisikan orang-orang terampil dan terlatih dibidangnya 3. Biaya-biaya transaksi akan bisa ditekan karena dikerjakan secara fokus dan dalam jumlah yang banyak 4. Bisa menghasilkan kondisi di mana terjadi skala ekonomis dalam produksi yaitu suatu kondisi di mana produksi mengeluarkan biaya yang relatif sangat rendah dengan hasil yang relatif sangat tinggi 5. Perusahaan biasanya berintikan orang-orang yang dapat memproduksi barang secara lebih ekonomis karena terpesialisasi dengan baik
Pada kenyataannya hingga kini organisasi atau lembaga yang digolongkan sebagai perusahaan dalam banyak literatur hanya terdiri atas 3 macam saja yaitu : 1. Perusahaan Perorangan (Proprietorship) yaitu perusahaan yang dimiliki secara perorangan (single owner – a proprietor) (bukan dikerjakan seorang....) yang memiliki
tanggung jawab tidak terbatas (unlimited liability). Tanggung jawab tidak terbatas maksudnya adalah semua harta yang dimiliki adalah bagian yang tak terpisahkan dari resiko usaha yang dijalankan. Artinya dalam kondisi menguntungkan pemilik akan menikmati sendiri keuntungan itu, akan tetapi sebaliknya dalam kondisi rugi dan menanggung hutang maka pemilik bertanggung jawab sepenuhnya tidak terbatas hanya pada asset usaha akan tetapi termasuk “uang kas” yang dimiliki secara pribadi dan tabungan di bank. Kelebihan dari tipe perusahaan ini diantaranya adalah mudah untuk dibentuk dan sederhana dalam pengambilan keputusan serta relatif sangat terjamin kerahasiaannya. Sedangkan beberapa kekurangannya diantaranya adalah relatif sulit untuk mendapatkan modal, kalaupun dapat maka relatif akan “mahal”. Contoh dari unlimited liability misalkan : Si X menyatakan bangkrut dan memiliki hutang sebesar Rp. 150 juta. Nilai usaha Rp. 120 juta, untuk melunasi hutang si X harus “menjual” harta benda miliknya untuk menutupi kekurangan yang Rp. 20 juta itu. 2. Kerjasama usaha – Persekutuan (Partnerships) semisal CV atau firma. Orangorang yang tergabung dalam perusahaan ini beberapa diantaranya memiliki tanggung
jawab tidak
terbatas
(unlimited
liability) sebagaimana layaknya usaha
perseorangan. Akan tetapi bila misalkan bagi semua orang yang tergabung dalam perusahaan persekutuan ini sepakat untuk menanggung secara bersama-sama semua kewajiban yang terjadi, maka inilah yang disebut sebagai joint unlimited liability. Pembagian keuntungan di dasarkan pada besarnya penyertaan modal dalam perusahaan atau berdasarkan kesepakatan bersama. Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
14 Contoh :
Si X menyertakan modal sebesar Rp. 500 juta.
Si Y sebesar Rp. 400 juta
si Z menyertakan Rp. 900 juta.
Sedangkan si A, si B dan si C menyertakan Rp. 200 juta (Total modal Rp. 2 Milyar).
Bila misalkan perusahaan dapat untung bersih sebesar Rp. 100 juta maka bagian si Z = 900 juta/2 milyar x 100 juta = Rp. 45 juta. Si X = Rp. 500 juta/ 2 milyar x Rp. 100 juta = Rp. 25 juta. Si Y mendapatkan sebesar Rp. 100 juta x 0,2 = 20 juta dan sisanya untuk si A+B+C = Rp. 10 juta. Akan tetapi bila misalkan perusahaan bangkrut dan punya hutang Rp. 10 milyar, aset perusahaan hanya Rp.5 milyar, maka biasanya si A+B+C hanya menanggung sebesar modal penyertaannya saja yaitu Rp. 200 juta, sedangkan si X,Y dan Z harus menanggung sebesar
(sisa hutang – Rp. 200 juta = Rp.4,8 milyar). Beberapa
keuntungan dari tipe perusahaan ini misalnya adalah mudah untuk didirikan, pengambilan keputusan cepat dan pengelola dapat mengambil uang tunai “kapan saja”. Sedangkan beberapa kelemahannya adalah relatif sukar untuk mendapatkan tambahan modal dari fihak ke tiga atau fihak independen (misalkan Bank), adanya resiko kewajiban yang tidak terbatas atas pemilik/pengelola utama dan pengambilan tunai yang diperbolehkan dapat membuat keuangan perusahaan tidak terkontrol. 3. Perseroan (Companies). Perseroan adalah perusahaan yang dimiliki olah seorang atau lebih yang menjadi pemilik saham/sero perusahaan tersebut. Perseroan yang relatif besar dapat menjual sahamnya ke masyarakat secara terbuka melalui bursa saham (setelah melalui persyaratan dan prosedur standar tentunya) atau menjualnya kepada siapa saja yang berminat secara tertutup. Perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat melalui pasar saham inilah yang disebut sebagai perusahaan terbuka (tbk) atau
Limited (Ltd). Terbuka karena setiap masyarakat yang mampu membeli
sahamnya adalah pemilik perusahaan. Terbatas karena tanggung jawab atas kewajiban pemilik saham hanya terbatas pada nilai saham yang dimiliki (limited liability).
Perusahaan yang bersifat tertutup sahamnya biasanya dimiliki oleh pendiri 100% atau oleh orang-orang tertentu. Perusahaan terbuka juga bisa saja di monopoli oleh pendiri dengan cara menguasai nilai saham dengan proporsi % terbesar. Keuntungan dari tipe perusahaan ini diantaranya adalah adanya tanggung jawab terbatas, skala usaha relatif besar sehingga biaya modal memungkinkan untuk di tekan serendah mungkin dan manajemen dikelola oleh orang-orang profesional sehingga relatif akan mudah untuk dipercaya oleh pemodal baik alam bentuk lembaga atau perorangan. Kelemahan Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
15
utama dari tipe perusahaan ini adalah struktur manajemen yang kompleks menyebabkan pengambilan keputusan relatif lambat dan mahal. Catatan: Ada perusahaan yang hanya memproduksi barang sesuai pesanan, artinya kumpulan dari para ahli hanya bekerja apabila terdapat job order sesuai dengan kebutuhan pemesan. Perusahaan ini disebut GILDA. Perusahaan ini bisa berbentuk CV, PT atau perorangan, akan tetapi umumnya jenis GILDA ini adalah “perusahaan dalam perusahaan” atau jenis perusahaan perorangan/rumahan/usaha kecil (UKM) yang modal kerja dan modal usahanya sebagian besar berasal dari pemesan barang.
Tiga (3) tipe perusahaan (Perorangan, Persekutuan dan Perseroan) yang dijelaskan secara ringkas di atas dalam menjalankan usahanya secara umum berorientasi pada mencari keuntungan semata (profit oriented), kerjasama semata-mata dilakukan untuk menggalang kekuatan usaha bagaimana caranya mendapatkan keuntungan yang secepatcepatnya dengan hasil yang sebesar-besarnya (prinsip utama bisnis). Prinsip bisnis ini terkadang mengabaikan prinsip perikehidupan yang menganjurkan selalu berbagi “rasa dan bahagia” pada fihak lain yang secara langsung tak ada hubungannya dengan perusahaan. Prinsip bisnis tentang “siapa cepat dia dapat, siapa kuat dia menang, siapa pintar dia unggul” selalu berorientasi pada keuntungan semata yang terkadang mengabaikan dan menganggap remeh tata krama dan aturan hidup, dan “wajah asli” dari prinsip bisnis ini kemudian akan tampak dengan jelas manakala kondisi ekonomi dalam tekanan krisis yang relatif berat di mana perusahaan banyak yang bangkrut karena tidak sanggup membayar cicilan bunga bank, bank bangkrut karena tidak sanggup membayar bunga tabungan nasabah+pengambilan dana tabungan, perusahaan tertentu mengalihkan distribusi ke tempat yang berani membayar mahal, harga dinaikan dalam tingkat yang luar biasa dan akibatnya masyarakat banyak dan umumnya di bawah batas mampu yang menjadi korban. Oleh karenanya dalam perkembangan selanjutnya dengan memperhatikan kondisi ini maka sebagian masyarakat pengusaha mulai kembali memperhatikan prinsip bisnis yang dikelola dengan sistem syariah yaitu suatu sistem bisnis yang tetap berusaha mencari untung akan tetapi dikelola dengan cara yang saling menguntungkan, tidak “aniaya” dan tunduk pada aturan-aturan hakikat. Dengan demikian secara umum sistem usaha perusahaan dibagi menjadi 2 macam Perusahaan yaitu perusahaan dengan sistem usaha konvensional dan perusahaan dengan sistem usaha syariah.
Ciri utama dari sistem usaha syariah adalah profit and loss sharing yaitu sistem di mana keuntungan dan atau kerugian sama-sama menjadi tanggungan antara perusahaan dan pemanfaat perusahaan, bila untung hasil dibagi, bila rugi sama ditanggung tentunya dalam kadar di mana tidak ada yang “teraniaya” Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
16 Dalam beberapa literatur ekonomi dan perusahaan, terdapat 1 lagi jenis usaha yang dianggap sama dengan perusahaan yaitu Koperasi (Co-operation).
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Menurut Prof. Marvin A Schaars “Co-operative is a business voluntarity owned and controlled by its member patrons, and operated for them and by them on a non-profit or cost basis.” (Koperasi adalah usaha yang dilakukan secara suka rela bersifat non profit maupun atau berbasis biaya yang dimiliki dan diawasi oleh mereka yang sekaligus sebagai anggota serta dikelola oleh mereka dan untuk mereka pula. Dalam kenyataannya bentuk usaha koperasi meskipun banyak “kisah” kegagalannya, banyak juga yang berhasil dan memberikan manfaat besar kepada para anggota dan non anggotanya. Bahkan di negara-negara maju seperti AS, Denmark, Jepang, Singapura, Inggris dan Jerman bentuk usaha koperasi relatif telah berkembang sangat maju dan memberikan sumbangsih yang berarti atas kemajuan ekonomi masyarakatnya asalkan dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi sebagaimana yang ditetapkan ICA yaitu: a. Democratic Control - Pengawasan oleh anggota secara demokratis b. Open Memberships - Keanggotaan yang terbuka dan suka rela c. Limited interest on capital - Pembatasan atas bunga d. The distribution of surplus in dividend to the members in proportion to their purchases Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota sebanding dengan pembeliannya kepada koperasi e. Trading strictly on a cash basis - Pembayaran secara tunai atas transaksi perdagangan f.
Selling only pure and unadelterated goods - Penjualan hanya atas barang-barang yang sungguh-sungguh bermutu dan tidak dipalsukan
g. Providing for the education of the members in co-operative principles as well as for mutual trading - Menyelenggarakan
usaha pendidikan bagi anggota sesuai dengan
prinsip-prinsip koperasi h. Political dan religious neutrality - Netral terhadap politik dan agama
Keuntungan dan kebaikan bentuk usaha koperasi dapat dibaca dalam definisinya, akan tetapi beberapa kerugian koperasi di antaranya adalah sulit mendapatkan modal dari lembaga keuangan untuk memperkuat struktur modal dan mengembangkan usaha selain karena usahanya relatif sulit dikembangkan juga karena kurang “dipercaya” sebagai lembaga bisnis yang bisa mendapatkan keuntungan permanen, selain itu beberapa fakta Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
17 menunjukan bahwa kebanyakan anggota koperasi relatif hanya bersifat formalitas belaka dan tidak loyal dengan institusinya, disamping masih banyak kelemahan lain yang berhubungan dengan pengelolaan (manajemen).
B. Lingkungan Perusahaan Dalam konteks berusaha/berbisnis maka tidak bisa dipungkiri perusahaan selalu berada dalam lingkungan Bisnis dan Non Bisnis di mana perusahaan lain juga memiliki niat yang sama yaitu untuk mencari keuntungan dengan memanfaatkan peluang.
Lingkungan Internal Berusaha Lingkungan bisnis ini disebut juga sebagai lingkungan Internal Berusaha, yang tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya (optimum bukan maksimum) dengan cara memuaskan pelanggannya atau menciptakan pelanggan baru. Lingkungan Ekternal bisnis berhubungan dengan masyarakat (permintaan), investor dan pemasok (Suppliers), dan internalnya berhubungan dengan manajemen dan tenaga kerja.
Lingkungan Eksternal Perusahaan dalam Internal Berusaha Pemasok
Masyarakat
Investor
Perusahaan
Manajemen
Tenaga Kerja
Lingkungan Internal Perusahaan dalam internal berusaha
Pelanggan
Gambar Lingkungan Internal Berusaha Perusahaan (Sumber: Baye ; 2009 diolah kembali)
Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
18 Pemasok adalah penyedia kebutuhan barang yang menjadi objek bisnis perusahaan, keberadaannya adalah untuk memastikan terjaminnya kebutuhan bahan baku perusahaan. Masyarakat adalah pemanfaat produksi perusahaan dalam bentuk permintaan efektif dan potensial. Investor adalah pendukung penyediaan modal bagi perusahaan. Tiga unsur dalam satu pilar ini adalah satu kesatuan yang menentukan apakah perusahaan bisa berusaha dengan baik atau tidak, oleh karenanya tugas internal dalam lingkungan perusahaan yang terdiri atas Manajemen dan Tenaga Kerja untuk me”rawatnya” agar berjalan sesuai dengan keinginan perusahaan.
Lingkungan Eksternal Berusaha Masalah perusahaan bukan saja menghadapi dalam lingkungan bisnisnya akan tetapi juga lingkungan ekonomi, sosial, budaya kemasyarakatan, politik, pemerintahan yang merupakan
Lingkungan eksternal berusaha perusahaan, gambarnya adalah sebagai berikut:
Ekonomi
Internal Berusaha
Sosial
Perusahaan Politik
Budaya
Pemerintahan
Gambar Lingkungan Eksternal Berusaha Perusahaan (Desain : Putong ; 2011) Lingkungan ekonomi perusahaan menyangkut daya beli masyarakat secara umum berdasarkan pendapatan nasionalnya, tingkat inflasi, pengangguran dan nilai tukar mata uang hard currency (seperti US Dollar). Lingkungan sosial berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam hubungannya dengan individu satu dengan individu lainnya, misalnya Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
19 masalah
temperamen,
sikap
dan
sifat.
Lingkungan
budaya
kemasyarakatan
berhubungan dengan pemahaman dan religiusme masyarakatnya seperti agama yang dianut, budaya yang mendominasi dan tolok ukur yang menjelaskan benar atau tidaknya atas suatu tindakan. Misalnya bisnis olahan daging sapi di wilayah yang penduduknya penganut agama hindu atau olahan daging babi di wilayah yang penduduknya beragama islam dan lain sebagainya tentu akan menimbulkan masalah bila tidak ditangani dengan baik dan arif. Lingkungan Politik menyangkut kondisi kehidupan bernegara dan berbangsa dalam satu wilayah. Teknik-teknik negosiasi dan politisasi dalam bisnis yang menjelaskan mana yang boleh dan biasa dan mana yang tidak boleh dan tidak biasa harus difahami dengan baik oleh perusahaan karena berbisnis tidak hanya semata-mata bagaimana mendapatkan keuntungan dengan cara yang baik, akan tetapi juga dengan cara yang benar dan “dibenarkan”. Misalkan kita tidak diperkenankan berbisnis sebelum mendapatkan persetujuan tokoh masyarakat atau yang ditokohkan. Lingkungan Pemerintahan menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan adminitrasi standar yang diwajibkan pada perusahaan seperti perizinan, SOP berusaha dan semacamnya.
Sebenarnya berhubungan dengan lingkungan eksternal berusaha lebih sulit dibandingkan dengan lingkungan internal berusaha karena lingkungan eksternal berusaha susah diprediksi, labil (gampang berubah) dan selalu saja berhubungan dengan hal-hal yang tidak diperkenankan misalnya suap, sogok, premanisme-sekuritisme, dan lain sebagainya, akan tetapi bila dipandang sebagai sesuatu yang biasa maka bisnis akan terus berjalan dengan semestinya meskipun jelas akan mengurangi kualitas produksi karena banyaknya pengeluaran (tepatnya kebocoran) non bisnis.
C. Nilai Perusahaan (penilaian bisnis ekonomi dan penilaian keuangan) Dari sisi bisnis, ekonomi dan keuangan kondisi perusahaan dapat dinilai berdasarkan nilai keuntungan perusahaan yang diprediksi berdasarkan nilai sekarang dan berdasarkan kondisi keuangan perusahaan.
1. Penilaian Bisnis dan Ekonomi Perusahaan yang selalu mendapatkan keuntungan terus menerus dengan peningkatan yang signifikan tiap periodenya adalah perusahaan yang memiliki nilai bisnis yang tinggi dan dengan sendirinya nilai saham yang dimiliki juga tinggi. Ukuran baik tidaknya pertumbuhan keuntungan perusahaan haruslah dibandingkan dengan tingkat suku bunga investasi, inflasi dan faktor resiko usaha.
Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
20 Suku bunga akan berpengaruh secara langsung dalam perhitungan nilai perusahaan pada tahap pertama. Tahap kedua inflasi akan mempengaruhi penerimaan. Tahap ketiga barulah resiko usaha diperhitungkan. Penilaian Tahap Pertama: Dengan Suku Bunga Misalkanlah:
TR = Total Revenue = Penerimaan Total TC = Total Cost = Biaya Total r = Suku Bunga Investasi n = Periode Perhitungan Keuntungan
= Tingkat Keuntungan Maka kita dapat menentukan nilai perusahaan dengan menggunakan suku bunga berlaku dan suku bunga rata-rata (umumnya suku di dasarkan pada suku bunga tahunan dan diasumsikan tetap) dengan rumus sebagai berikut:
TRn TCn TR1 TC1 TR2 TC2 TR3 TC3 (1 r ) n (1 r )1 (1 r ) 2 (1 r )3 t 1 karena n
NPn 3
TR TC maka
13
3
NPn 3 i 1
13
(1 r )
1 (1 r )
1
2 (1 r )
2
3 (1 r )3
Contoh: Tahun Pendapatan 2007 3500 2008 4000 2009 4100 Total 11.600 Rata-rata 3866,67 Sumber: Hipotetik
Biaya 1800 2000 2500 6300 2100
Profit 1700 2000 1600 5300 1766,67
Bunga 0,18 0,21 0,19
Inflasi 8% 7,5% 6%
0,193
7,2%
Bila nilai profit di atas adalah berdasarkan perkiraan perhitungan pendapatan dan biaya yang dilakukan tahun 2006, maka nilai perusahaan (NP) pada tahun 2007 tanpa mempertimbangkan inflasi adalah: 3
NPn 3
13
1700 2000 1600 1 2 (1 0,18) (1 0, 21) (1 0,19)3 i 1 (1 r ) 1700 2000 1600 1440, 68 1412,33 1129,86 (1,18) (1, 464) (1, 4161) NPn 3 3982,87
NPn 3
13
Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
21 Dari total profit sebesar 5300 tanpa mempertimbangkan suku pada tahun 2009, nilainya pada tahun 2007 hanya sebesar 3982,87. Bila diasumsikan suku bunga tetap sebagaimana tahun 2007, maka nilai perusahaan sekarang (2009) adalah:
3
NP2009
13
1700 2000 1600 1 2 (1,18) (1,18) (1,18)3 i 1 (1 r ) 1700 2000 1600 1440, 68 1436,37 973,83 (1,18) (1,3924) (1, 6430) NP2009 3850,88 NP2009
13
Bila perhitungan dilakukan tahun 2009, maka rumusanya menjadi:
3
NPn 3
13
1700 2000 1600 1 1 (1,18) (1,18) (1,18) 2 i 1 (1 r ) 1700 2000 1600 1440, 68 2784,8 2628,8 1 1 (1,18) 1,3924 1, 6430 NPn 3 6854, 28
NPn 3
1, 1,2
Penilaian Tahap Kedua: Dengan Memperhitungkan Inflasi Biasanya nilai real/sesungguhnya suatu perusahaan yang akan dinilai untuk kepentingan investasi selalu mempertimbangkan tingkat inflasi, karena secara teoritis tingkat inflasi menunjukan % kenaikan harga barang secara umum, kenaikan harga menyebabkan daya beli berkurang sebagai akibat dari menurunnya tingkat keuntungan. Perubahan harga secara teoritis juga menyebabkan terjadinya inefisiensi dalam perekonomian dalam bentuk dead weight loss (DWL). Bila mempertimbangkan tingkat inflasi maka dapat digunakan rataratanya saja, yang dalam hal ini sebesar 7,2%. Sementara % keuntungan tiap tahun masing-masing sebesar:
2000 1700 300 (100%) 17, 68% 1700 1700 1600 2000 400 2009 (100%) 20%% 2000 2000 17, 68% (20%) rata rata : 0, 773% 3
2008
Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
22 Rata-rata keuntungan tiap tahun ini lalu dikurangi dengan rata-rata inflasi sebesar 7,2%/tahun, hasilnya:
real 0, 773% 7, 2% 7,973% Dan sesungguhnya tingkat keuntungan pada tahun 2007,2008 dan 2009 secara real adalah:
real 2007 1700 (7,973%)(1700) 1564, 459 real 2008 2000 (7,973%)(2000) 1840,540 real 2007 1600 (7,973%)(1600) 1472, 432 dengan demikian nilai perusahaan pada 2009 dengan mempertimbangkan tingkat inflasi rata-rata, berdasarkan tingkat keuntungan rata-rata dan suku bunga tetap sebesar 18%/tahun adalah:
3
NPn 3
13
1564, 459 1840,540 1472, 432 (1,18)1 (1,18) 2 (1,18)3 i 1 (1 r ) 1564, 459 1840,540 1472, 423 1325,81 1321, 78 896,18 (1,18) (1,3924) (1, 6430) NPn 3 3543, 77
NPn 3
13
Penentuan nilai perusahaan (Value of Firm) penting untuk informasi bila perusahaan akan menjual sahamnya baik secara tertutup maupun terbuka, untuk menaikan pagu kredit atau mengajukan pinjaman modal dan menarik calon investor, untuk menentukan nilai jual perusahaan dan lain sebagainya.
Penilaian Tahap Ketiga: Dengan Memperhitungkan Resiko Usaha Penilaian tahap ketiga yang mempertimbangkan resiko usaha/bisnis bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan penentuan nilai perusahaan yang terlalu tinggi dari seharusnya (overestimate) atan terlalu rendah dari seharusnya (underestimate). Salah satu alat ukur untuk menentukan nilai resiko bisnis yang paling sederhana adalah dengan cara menentukan tingkat kepekaan (sensitivitas) profit sebagai akibat dari perubahan suku bunga. Suku bunga berpengaruh tidak langsung pada profit, karena naik turunya suku bunga menyebabkan naik turunya biaya produksi, yang menyebabkan naik turunyanya harga jual sehingga menurunkan atau menaikan penjualan. Pada contoh di atas kita dapat menentukan resikonya dengan rumus:
Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
23
r n RB x r n
Dengan menggunakan metode least square (akan dibahas khusus) diperoleh persamaan regresi antara variabel suku bunga sebagai variabel bebas dan profit sebagai variabel terikat yaitu:
442,857 11428,57r 1766, 67 r 0,193 19,3%
11428,57 r 0,193 RB 11428,57 * 1, 25 1767, 67
Hasil di atas menjelaskan bahwa bila suku bunga naik sebesar 1%, maka profit akan meningkat sebesar 1,25%. Dalam konteks ini ternyata perusahaan mendapatkan keuntungan dengan meningkatnya suku bunga. Besarnya resiko untung tertinggi yang mungkin terjadi adalah bila suku bunga naik sebesar setinggi-tingginya 21%. Dan serendahrendahnya sebesar 0%. Resiko rugi bagi perusahaan bila suku bunga turun. Dalam konteks ini resiko usaha tahun 2007 sebesar 0%, tahun 2008 resiko untung sebesar 3% x 1,25 = 3,75% dan resiko rugi usaha tahun 2009 sebesar -2% x 1,25 = -2,5%
Catatan: Memang tidak ada ketentuan bahwa suku bunga berdampak negative terhadap profit, karena bisa juga, perusahaan justru mendapatkan manfaat positif dari kenaikan suku bunga. Dalam prakteknya penilaian (Nilai) perusahaan memiliki kreteria yang bermacammacam dan tergantung jenis usaha perusahaan yang dinilai.
Mengenai penentuan nilai resiko, model sensitivitas di atas hanyalah salah satu cara, masih banyak cara lain yang akan dibahas khusus dalam buku ini.
2. Penilaian (Nilai) Perusahaan berdasarkan kondisi keuangan Penilaian perusahaan Berdasarkan kondisi keuangan adalah yang paling popular dan paling lazim hingga saat ini, meskipun rawan penipuan dan rekayasa laporan keuangan, akan tetapi dengan mensyaratkan bahwa laporan keuangan telah di audit oleh lembaga berkompeten, maka kita dapat menilaianya secara secara standard dan independen. Penilaian secara standar di dasarkan pada penilaian lembaga kompeten yang memberikan opini pada hasil audit, yaitu misalnya sangat wajar, wajar dengan pengecualian, tidak Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
24 wajar, dan tidak memberikan pendapat,
sedangkan penilaian independen dapat
menggunakan banyak cara, akan tetapi terdapat 2 cara yang paling populer secara akademik yaitu model penilaian Q ratio atau Tobins Q dan Model Altman Z-Score. Tobins Q rumusnya adalah:
Tobins Q ratio =
Market Price of Firm Replacement Cost
=
NP Asset - Kewajiban
Bila nilai Q < 1, maka nilai perusahaan rendah, dan ini menyebabkan pesaing akan berniat untuk membeli perusahaan ini, sehingga dampaknya adalah akan menaikan harga perusahaan. Sebaliknya bila Q > 1, maka pesaing akan masuk ke pasar dengan perusahaan baru dan menyebabkan harga perusahaan yang di maksud akan turun hingga menjadi Q = 1. Model Tobins ini berhubungan dengan penilaian bisnis dan ekonomi sebagaimana di contohkan di atas, dan dapat dilanjutkan perhitungannya bila diketahui misalkan total asset perusahaan tahun 2009 sebesar 10.000 dan kewajibannya sebesar 9.500. dengan mengacu pada suku bunga tetap, tentukanlah apakah perusahaan ini dibeli ataukah sebaiknya competitor masuk pasar dengan membuat perusahaan baru?
Tobins Q ratio =
3850,88 3850,88 = =7,7 10.000 - 9.500 500
Hasil ini menunjukan bahwa sebaiknya competitor masuk pasar dan berusaha agar nilai Q rationya bisa berkurang menjadi minimal sebesar 1, dengan menjadikan nilai perusahaan sebesar 500 atau menjadikan kewajiban perusahaan sebesar 6149,12.
Penilaian (nilai) perusahaan lainnya adalah menggunakan model Altman Z-Score yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress) atau tidak. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dalam waktu yang lama (misalkan 3 hingga 5 tahun berturut) diprediksi akan mengalami kebangkrutan. Bangkrutnya suatu perusahaan yang diprediksi bukan secara praktis akan tetapi teoritis, karena banyak juga perusahaan yang diprediksi bangkrut akan tetapi tetap saja masih berdiri hingga sekarang.
Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
25
Adapun model asli dari Altman Z-Score adalah:
Untuk Perusahaan Non Keuangan secara umum : Z = 1,2X 1 +1,4X 2 + 3,3X 3 +0,6X 4 +0,999X 5 Untuk Perusahaan Keuangan dan Perbankan secara umum : Z = 0,717X 1 +0,847X 2 + 3,107X 3 +0,420X 4 +0,998X 5 di mana:
X 1 = Net Working Capital to Asset =
Modal Kerja Bersih
Total Asset Laba ditahan X 2 = Retairned Earning to Total Asset = Total Asset EBIT X 3 = Ebit to Asset = Total Asset Nilai Pasar Modal Sendiri X 4 = Market Value of Equity to Book Value of Debt = Nilai Buku Hutang X 5 = Sales toTotal Asset =
Penjualan Total Asset
1. Net Working Capital to Total Asset. Adalah Rasio yang menujukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimiliki. Modal kerja bersih di dapat dengan cara aktiva lancar (aktiva jangka pendek – Current Assets) dikurangi dengan kewajiban lancar (Kewajiban Jangka Pendek - Current Liabilities). Rasio ini akan menunjukan seberapa kuat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya. 2. Retained Earnings to total Assets. Adalah Rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba di tahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan adalah laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. 3. EBIT to Total Assets. Adalah Rasio yang menunjukan kemampuan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum dikeluarkan untuk bunga dan pajak. 4. Market Value of Equity to Book Value of Debt. Adalah Rasio yang menunjukan kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban
dari
nilai
pasar
modal
sendiri(saham biasa). Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan cara mengalikan
Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
26 jumlah lembar saham dengan harga pasar saham biasa. Nilai buku hutang di dapat dengan cara menjumlahkan kewajiban lancer dengan kewajiban jangka panjang. 5. Sales to Total Assets. Adalah Rasio yang menunjukan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya.
Dengan ketentuan sebagai berikut: Nilai Z Score Altman
Ketentuan
Lebih dari 3
Perusahaan tidak mengalami kesulitan Keuangan
Antara 1,8 – 3
Abu-abu area, manajemen harus mengelola perusahaan dengan hati-hati karena kesalahan dalam efisiensi akan menurunkan keuntungan di masa yang akan datang
Kurang dari 1,8
Perusahaan mengalami kesulitan keuangan
Catatan: Z score mengacu pada rumus:
Z Score
X X
x
Misalkan berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang bergerak dibidang manufacture adalah sebagai berikut:
diketahui masing-masing indikator Altman adalah sebagai berikut:
Tabel PT. ASTRA INTERNASIONAL Tbk Nilai Indikator berdasarkan Neraca dan Laporan Laba Rugi 2007 – 2009 (Milyar Rupiah) ASTRA
Tahun
Indikator
2007
2008
2009
AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN LANCAR SUB X1
28160 21343 6817
35531 26883 8648
36595 26735 9860
TOTAL ASSET
63520
80740
88938
RETAIRNED EARNING
425 21645
425 28602
425 35161
Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
27
SUB X2
22070
29027
35586
TOTAL ASSET
63520
80740
88938
LABA BERSIH BEBAN PAJAK BEBAN BUNGA SUB X3
6519 2663 678 9860
9191 4065 513 13769
10040 3958 485 14483
TOTAL ASSET
63520
80740
88938
JUMLAH SAHAM HARGA SAHAM MARKETVALUE
6000000000 Rp.500/lbr 3000
6000000000 Rp.500/lbr 3000
6000000000 Rp.500/lbr 3000
TOTAL KEWAJIBAN
31515
40163
40006
PENDAPATAN SUB X5
70183
97064
98526
TOTAL ASSET
63520
80740
88938
Sumber:
X 1 = 1,8
X 2 = 0,9
X 3 = 0,16 Z = 1,2X 1 +1,4X 2 + 3,3X 3 +0,6X 4 +0,999X 5
X 4 = 1,3 X 5 = 0,45 Z = 1,2(1,8)+1,4(0,9)+ 3,3(0,16)+0,6(1,3)+0,999(0,45) Z = 2,16 +1,26 +0,528 +0,78 +0,44955 = 5,18 Hasil Z Score Altman menunjukan nilai di atas 3, yang dapat diartikan bahwa perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan dan dengan demikian diprediksi tidak akan mengalami kebangkrutan.
Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong
28
Ekonomi Managerial Edisi 1 – Iskandar Putong